Tuesday 16 June 2009

Bagaimana Menulis Feature?

MENULIS FEATURE, HARUS DIAWALI MENCOBA

Feature, secara sederhana sering diartikan sebagai berita kisah. Ada pula yang menyebut tulisan kreatif. Model penulisan berita seperti itu banyak dijumpai dalam surat kabar, dan terutama tabloid atau majalah. Ciri sederhana feature adalah gaya tuangannya yang lebih longgar dibanding penulisan straight-news. Bahasanya tidak kaku, adakalanya bernuansa sastra.

Ada beberapa jenis feature, diantaranya ; bright, sidebar, profile, project profile, news feature, service feature, interview, string of pearl, narative feature, dan comprehensive news feature,.

Comprehensive news feature sendiri adalah penulisan feature dengan bahan kajian mendalam, dengan dukungan investigasi. Investigasi bisa dari lapangan, riset pustaka maupun wawancara pakar atau sumber berita yang punya kaitan langsung (dekat dengan persoalan).

Setiap tulisan feature yang baik mesti mengandung fokus, anecdotes, drama, purpose, organization, detail. Fokus adalah sumbu panjaran alur cerita. Feature yang bagus punya alur cerita yang terfokus jelas dan terjaga, tidak melenceng kesana-kemari. Anecdotes adalah penulisan tuturan tentang pengalaman sumber berita atau saksi peristiwa berkaitan dengan dengan pokok soal yang hendak ditulis.

Anecdotes punya fungsi memperkuat dan menghidupkan alur serta tema tulisan. Pencantumannya dalam tulisan bisa berupa tuturan langsung maupun tak langsung. Drama, adalah keruntutan penjelasan alur cerita. Purpose; adalah tujuan penulisan. Apa esensi bagi pembaca.Untuk menjawab pertanyaan ‘what is the significance of the feature (article)’.

Organization adalah koherensi atau logika cerita. Termasuk dalam hal ini pemilihan nara sumber serta ketepatan penempatan tuturan atau statement narasumber. Terakhir adalah detail, adalah ketelitian atau presisi dalam merinci, menuliskan, dan mengintepretasikan data atau fakta.

Apa bekal untuk menulis feature? Sebagaimana menulis berita straight-news, menulis feature butuh kemampuan mengendus berita. Pertama, jadilah pendengar, pengamat, dan pencatat yang baik. Ingat, jangan mendebat narasumber ketika narasumber salah menjawab pertanyaan. Untuk menghindari kesalahan jawaban dari narasumber, usahakan dengan pertanyaan ulang atau penjelasan halus.

Kedua, kumpulkan data atau fakta sebanyak mungkin. Tentukan fokus penulisan dengan pilihan angle yang paling menarik. Yang khas dan tidak membebek. Kemudian seleksi data sesuai dengan pilihan angle atau fokus yang akan kita tulis.

Asah kemampuan menuangkan ide dengan presisi bahasa segar, pilihan diksi dan kalimat setepat mungkin. Ingat, menulis feature jauh berbeda dengan menulis skripsi. Pilih bahasa ringkas, jelas dan tidak kaku. Perkaya kemampuan kosakata. Hal ini bisa diasah lewat membaca bahan bacaan apapun.

Sesudah bekal cukup, pilih format penulisan. Secara umum format tulisan feature tak jauh berbeda dengan straight-news. Terdiri dari judul, lead, isi, penjelasan isi, dan ending. Kelima unsur itu harus memiliki korelasi, saling mendukung. Judul sebaiknya ringkas, menarik, dan mewakili tema tulisan.

Independent edisi 2001 yang mengupas tentang derita masyarakat Aceh, misalnya, menulis dengan judul; Aceh, Sejarahmu Tertulis Dengan Darah. Kemudian, Tempo pernah membuat laporan investigasi Aceh dengan judul: Yang Berduka di Pangkuan Pertiwi. Kompas juga pernah menurunkan feature tentang gagalnya perundingan damai Israel – Palestina lewat judul Dan Kuncup Zaitun pun Enggan Bersemi. Begitulah, judul punya andil besar dalam menarik minat baca.

Jika sebuah tulisan diibaratkan seorang gadis, judul adalah mahkota atau rambut, lead adalah wajah. Wajah cantik, umumnya punya daya pikat, menumbuhkan kesan pertama. Ingat bahasa iklan: kesan pertama begitu mempesona, selanjutnya terserah Anda. Makin bagus lead, makin merangsang pembaca untuk menelusuri ‘lekuk-lekuk tulisan selanjutnya’.

Setelah judul, buatlah lead yang juga menarik. Lead atau pembuka, juga harus singkat padat dan sesuai tema. Lead punya fungsi sebagai magnet awal sebuah tulisan. Artinya, daya tarik tulisan juga sangat bergantung pada kemampuan jurnalis menyajikan lead. Penguasaaan bahasa, termasuk peribahasa maupun majas sangat mendukung pembuatan lead yang bagus.

Setelah lead, yang tak kalah pentingnya adalah isi. Bagian ini merupakan substansi. Kalau lead ibarat wajah, isi adalah citra, kualitas sekaligus eksistensi ‘tubuh’ itu sendiri. Wajah cantik, tidak akan berarti apa-apa tanpa kualitas dalam diri, itu ibaratnya.

Begitu pula halnya sebuah news-feature, kualitasnya ditentukan isi. Kualitas (presisi) data, fakta, kredibilitas narasumber dan cara penyajian menopang kualitas tulisan fature. Demikian pula halnya penjelasan isi, bermanfaat untuk memuluskan pemahaman pembaca.

Ending, nah ini yang juga tak kalah besar peranannya dalam membangun feature. Bagian ini, jika dibuat secara bagus akan mampu memberikan jawaban pada purpose, pada tujuan ditulisnya feature. Empati penulis atau jurnalis bisa dititipkan pada bagian ini. Ending yang bagus, acapkali bisa membangkitkan rasa penasaran pembaca.

Akhirnya, untuk bisa menulis feature tak cukup hanya dengan pelatihan, apalagi makalah yang super singkat ini. Butuh proses panjang dan yang paling penting adalah terus mencoba. Pelatihan hanyalah medium pemacu semangat. Tanpa mencoba dan mencoba, kemampuan menulis tidak akan pernah terwujud. Selamat mencoba.


0 comments:

CO.CC:Free Domain
WordLinx - Get Paid To Click
Free Website Hosting